Hari ini Damar sampai di Jakarta, setelah dua minggu ada urusan bisnis di Inggris. Aku kangen banget sama Damar. Aku berencana membuat sedikit surprise buat dia saat nanti sore aku jemput di bandara. Aku paham betul kalau dia pengen aku potong pendek rambutku karena katanya gerah ngeliat aku berambut panjang sepunggung. Dua minggu lalu sebelum dia pergi pun dia bilang kenapa aku nggak potong pendek aja.
Pagi ini aku segera ke salon terdekat buat potong rambut. Setelah rambutku dicuci, mas kapsternya nanya aku mau potong seperti apa. Sejujurnya aku cuma ingin potong pendek, tapi bingung mau model apa. Akhirnya masnya memberiku saran rambut pendek yang bikin fresh dan lagi hits dikalangan artis korea. Modelnya seperti bob superpendek, tapi bagian belakangnya sedikit dicukur, dan dibuat poni rata tapi agak panjang. Aku sempat berpikir keras, tapi akhirnya aku setuju dengan saran masnya. Lagipula dia top kapster di salon ini.
Masnya mulai membagi rambutku, dan menjepitnya menjadi beberapa bagian. Terasa dinginnya gunting menyeret menyentuh leherku saat dia memotong bagian belakang rambutku. Dalam beberapa saat kurasakan kepalaku jadi ringan. Cepat sekali mas ini memotong rambutku jadi bob superpendek. Karena kalau mau rambut pendek harus pendek sekalian biar tidak gerah. Tadinya aku minta dipotong long bob gitu biar nggak terlalu pendek, tapi kata masnya malah nanggung dan bikin gerah karena rambut menempel di leher dan tidak bisa dikuncir.
Terlihat
di cermin wajahku jadi beda sekali. Lalu masnya mengambil clipper dan
mencukur sedikit bagian belakang bawah. Katanya biar rapih. Aku merasakan clipper itu seperti mengelitik kepalaku, geli sekai ya ternyata. Suara dengungan clipper itu pun membuatku sedikit ngeri dan was-was.
"Kak, gimana? Sudah pas atau kurang apa kak? Kurang pendek nggak?" suara mas kapster membuyarkan lamunanku yang sedang membayangkan ekspresi Damar saat melihat penampilan baruku ini.
"Eh, udah mas. Cukup kok, ini udah pendek banget mas. Hehehe"
"Mau dibuat poni miring atau rata? Kalau menurut aku sih bagusan rata kak" Masnya menanyakan seputar poni.
"Hmm... gitu ya mas? Yaudah poni rata aja, tapi jangan terlalu pendek ya mas." aku meng-acc saran dari si mas.
"Oh iya, ini rambut kakak kan tebel banget nih, kalau mau dibikin poni rata, lebih bagus kalau bagian dalem si poni ini dicukur aja kak sekitar segini nih. jadi nanti poninya ini jatuhnya bagus" mas kapster mulai menjelaskan eksperimennya sambil memegang rambutku yang ia sarankan untuk dicukur lagi.
"Maksudnya gimana sih mas? Aku kurang paham" aku beneran bingung nggak ngerti maksudnya gimana.
"Jadi ini kan mau dipotong rata segini nih poninya. Nah, rambut kakak kan tebel banget nih, buat membantu sedikit menipiskan, bisa disiasatin dengan tipisin bagian poni. Jadi bagian dalem poni ini dibotakin gitu loh kak." ia mulai menjelaskan dengan detail.
Aku cuma terdiam sambil membayangkan.
"Gimana? Mau kan kak? Nggak banyak kok yg dibotakin dikit aja biar rapih." mas ini bisa saja memaksa aku jadi bahan eksperimennya. Aku cuma bisa mengangguk. Toh mau dibotakin kayak yang dia maksud juga ngga keliatan kan nanti ketutupan poni, pikirku.
Mas kapster menyisir rambut bagian depanku, membaginya, dan menjepitnya keatas. Disisakan kira-kira 4cm dari ujung jalur rambutku tumbuh. Artinya bagian 4cm dari dahi ke kepala ini yang akan dicukur. Lalu mas kapster mulai menyalakan clipper. Dan clipper itu kembali berjalan di kepalaku, namun kini di bagian depan dekat dahiku. Dengungannya semakin terdengar jelas ditambah aku bisa melihat langsung dari kaca saat alat itu berjalan diatas kepalaku, kemudian rambutku bejatuhan dipangkuanku. Setelah selesai, ia mengolesi bagian yang baru saja ia cukur ini dengan krim, lalu menyuruhku menunduk dan ia berdiri dihadapanku. Kemudian mencukur bagian itu dengan pisau cukur. Kepalaku terasa geli rasanya sampai aku kesulitan berusaha menahan rasa geli saat pisau cukur terasa dingin menyentuh kulit kepalaku.
Selang beberapa saat bagian depan rambutku sudah botak licin terlihat seperti kulit tanpa rambut. Masnya kemudian menyisir lagi rambutku kedepan, dan mengguntingnya rata membentuk poni. Kress... kress... kress...
"Sudah kak. Gimana rasanya? Jadi enteng kan?" Syukurlah, berakhir sudah eksekusi rambutku ini.
"Wah, beda banget mas. Kayak bukan aku. Fresh banget!" aku memegang-megang rambut baruku. "ini rasanya lucu mas, ada yang botak licin di dalem poni ini." aku reflek mengatakannya saat aku memegang bagian yang botak.
Setelah semua persiapan surprise yang menegangkan ini selesai, aku segera membayar biaya salon, dan tak lupa memeri uang tip untuk mas kapster serta bilang makasih sama dia. Lalu bergegas ke bandara. Sepanjang perjalanan aku berpikir bagaimana reaksi Damar ya, saat melihat rambut pendekku ini. Dia suka ngga ya? Kalau dia ngga suka sih bisa sedih aku, sudah merelakan rambut panjangku tadi.
Sesampainya di bandara, aku hanya menunggu 15 menit dan Damar sudah berdiri tepat di hadapanku. Wajahnya bingung dan memerah.
"Salma?! Rambut kamu kok jadi pendek gini????" ucapnya sambil melotot dengan wajah merahnya.
"Hmmm... Aku tadi... potong rambut. Maksudnya kirain kamu bakal seneng. Kan sebelum kamu pergi kamu bilang pengen aku potong pendek... Yah, kamu ngga suka ya?" Aku benar-benar shock melihat tanggapannya. Aku takut dia beneran ngga suka.
"Iya tapi aku ngga nyangka kalau kamu berani potong sependek ini" Damar menjawab dengan tegas.
"Emm... Ya... Ya... Yasudah kalau kamu ngga suka model rambut ini, yaudah aku botakin aja semuanya, terus... aku beli wig deh. Maafin aku..." Aku mulai menangis.
"HAHAHAHAHA.... ih kok nangis sih?? Siapa bilang aku ngga suka? Aku suka kok. Suka banget malahan. Kamu cantik banget Salma, jadi kelihatan fresh banget, rapih, dan kelihatan tegas. Kayak wanita karier gitu loh. Sini, sini, peluk!" Damar ternyata hanya bercanda. Dia langsung memelukku dan mengusap-usap dahiku.
Tiba-tiba saja jemarinya terhenti, "Loh? Dibalik poni ini botak ya? Hahaha ih aku suka banget deh megangnya. Haluuusss" Damar memegang bagian depan rambutku yang botak.
"Iya, tadi disaranin sama mas-mas kapsternya buat dibotakin biar rapih." aku menjelaskan.
"Wah, bagus banget Salma sayangku. Aku suka banget pokoknya sama rambut baru kamu. Cocok banget di wajah kamu, cantik! Makasih ya Salma, kamu udah menuhin permintaan aku, udah bikin aku seneng banget pulang-pulang disambut dengan penampilan baru kamu yang aku suka banget. I love you, Sal" Damar kemudian mencium keningku.
Syukurlah, Damar suka dengan rambut baruku. Aku berhasil membuatnya senang.
haircut story
Senin, 11 April 2016
Sanksi potong rambut untuk istriku
"Ma, rambutmu udah mulai panjang nih. Dipotong dong ma" aku mulai
membelai rambut istriku yang panjangnya dibawah bahu. Aku memang lebih
suka dia berambut pendek, karena lebih fresh dan seksi.
"Baru juga sebahu gini pa. Belum panjang ah..." seperti biasa, ia menolak secara halus.
"Iya, tapi dipotong aja ma. Aku pengen rambut kamu kayak gini nih. Kamu pasti gemesin banget deh, lebih fresh juga ma" aku menunjukkan sebuah foto dari HP ku. Model rambut bowl cut sebatas telinga, dengan poni rata diatas alis. Aku membayangkan istriku memotong rambutnya dengan model itu, pasti terlihat menggemaskan dan seperti anak remaja lagi.
"Ih pendek banget pa. Itu belakangnya gundul gitu lagi. Jangan dong paaa" sayang sekali dia masih tetap menolak. Tapi aku yakin dia pasti mau menurutiku.
"Engga kok, kamu pasti cantik kalo potong kayak gitu! Kamu janjinya apa hayo? Kamu kan udah janji sama aku, kamu ngga akan manjangin rambutmu melebihi bahu. Terus kalo sampe melebihi bahu, sanksinya aku boleh minta kamu potong rambut yang ekstrim kan, gundul sekalipun?" aku mencoba mengingatkan dia akan perjanjian kita sejak dua tahun lalu.
Selama dua tahun ini dia memang selalu berambut pendek. Tapi ini baru kedua kalinya dia melanggar perjanjian yang kami buat. Tahun lalu rambutnya juga pernah melebihi bahu, lalu sebagai sanksinya aku memintanya potong laki di barbershop. Aku ingat sekali, sepulang dari barbershop, aku melihat wajahnya seperti ada yang kurang. Ternyata poni. Akhirnya aku memotong poninya rata diatas alis. Istriku cocok sekali berponi rata. Makanya kali ini aku pun berniat memintanya potong poni rata lagi.
"Iya sih pa, aku inget perjanjiannya." dia terdiam sejenak, "ya sudah, sesuai perjanjian, kamu boleh minta aku potong pendek dengan model apapun sesuai keinginanmu." akhirnya aku mendapat lampu hijau.
"Yaudah ayo sekarang kita ke salon ya ma" Aku langsung bertindak, sebelum dia berubah pikiran.
Kita langsung bersiap-siap, dan pergi ke salon. Sesampainya di salon, kebetulan salonnya lagi sepi. Tidak ada pelanggan lain selain kami. Mas-mas salonnya memang sudah hafal dengan kami. Bagaimana tidak, hampir sebulan sekali kami datang untuk memotong rambut istriku untuk menjaganya tidak melebihi bahu. Selagi rambut istriku dicuci, masnya bertanya padaku istriku mau potong rambut seperti apa. Aku kemudian menunjukkan foto yang tadi sudah kutunjukkan lebih dulu ke istriku.
"Oh, ini jadi di bagian belakang setengahnya botak ya mas. Berarti dalemnya ini juga harus botak, kalau engga nanti jelek numpuk tebel banget gitu rambutnya." Mas ini memang jago banget, dia menjelaskan apa yang akan dilakukan ke istriku untuk mendapatkan model rambut yang aku mau.
"Iya gak apa-apa mas. Dipotong seperti itu ya." Aku menjawab dengans santai.
"Yakin nih mas? Sisa rambutnya jadi sedikit banget loh? Tapi pasti keliatan segar sih mas" Mas kapster mulai menanyakan keyakinanku.
"Iya, yakin dong mas. Dia juga pasti pasrah mau dipotong seperti apa rambutnya, hehehe" tentu saja aku yakin. Aku sudah menantikan ini sejak lama.
Setelah rambut istriku dicuci, dia duduk dan dibalut kain penutup. Kemudian mas kapster memilah-milah rambut istriku dengan sisir, dan menjepitnya. Ia menyisakan rambut segaris dengan bagian atas telinga. Lalu mulai menyalakan clipper, menundukkan kepala istriku. Dan.... zzzzzz zzzzz.... zzz.... Terdengar suara clipper yang beradu dengan rambut. Mas kapster mulai menggunduli bagian belakang. Clipper berjalan keatas dari leher ke garis atas telinga. Sesekali aku mengelus bagu istriku dengan isyarat menguatkan dirinya, karena aku tau dia tidak suka dicukur dengan clipper. Meskipun ini bukan kali pertama rambutnya dicukur dengan clipper. Dulu aku juga pernah menyuruhnya cukur backshaved dimana bagian dalam rambutnya dicukur plontos.
Dalam sekejap mas kapster telah menyelesaikan bagian belakang yang gundul. Kemudian melanjutkannya dengan memotong sisa rambut istriku rata sepanjang pertengahan telinga. Aku sangat antusias menyaksikannya. Rambutnya yang lurus terlihat rapih dan rata dipertengahan telinga.
"Segini kurang pendek nggak mas?" ia bertanya padaku.
"Hmmm... sebenernya kurang sih mas. Saya tadinya pengen pendeknya tuh segini" aku menunjuk daun telinga bagian atas milik istriku.
"Oh yaudah bisa saya pendekin lagi kok mas kalau masih kurang" mas kapster kembali memilah rambut istriku.
"Pa udah dong segini aja, udah pendek banget ini. Ya? Please..." istriku memohon dengan tatapan lirih, aku jadi tidak tega.
"Yaudah deh mas nggak usah dipendekin lagi. Segitu saja cukup. Tapi bagian yang gundul tolong dikerok ya mas biar plontos licin gitu." sepertinya aku menuruti permintaan istriku dengan syarat dia mau dikerok bagian gundulnya hehehe.
"Oke siaaap!" Mas kapster mengiyakan.
Rambut istriku kembali dijepit keatas. Terlihat setengah kepalanya gundul di bagian belakang. Mas kapster mengoleskan krim cukur ke kepala istriku, dan mengeroknya perlahan. Aku memperhatikannya tanpa berkedip, karena khawatir kepala istriku terluka. Tapi masnya mengerok kepala istriku dengan baik dan cepat. Sebentar saja sudah terlihat plontos dan licin. Setelah ia membasuh sisa krim dengan handuk basah, ia mulai menyisir bagian depan rambut istriku. Sepertinya mas ini akan memotong poni.
"Poninya diratain seberapa nih?" ia memastikan dulu padaku sebelum mengeksekusi.
"Segini mas" Aku menunjuk dahi istriku.
Kresss... kress...kress... Jadilah poni rata diatas alis.
"Sudah" satu kata dari mas kapster ini mungkin terasa sangat berarti bagi istriku yang terlihat sedikit shock.
Setelah di hairdryer, aku membayar ke kasir. Kemudian kita pergi berlalu dari salon tersebut.
Sesampainya dirumah, aku memperhatikan rambut baru istriku. Imut sekali, aku semakin jatuh cinta jadinya. Aku mengelus bagian belakang kepalanya yang gundul, terasa kulit yang sangat halus dan licin.
"Ma, makasih ya udah nurutin aku. Kamu imut banget ma, aku suka banget" aku berterimakasih sambil terus mengelus kepalanya.
"Iya pa, sama-sama ya. Syukurlah kalau kamu suka pa" ia tersenyum menatapku.
"Kamu ikhlas kan ma aku paksa kamu sampe potong rambut se ekstrim ini?"
"Kok nanyanya begitu pa? Ya ikhlas laah. Nggak masalah, biarpun kamu gunduli seluruh kepalaku juga aku ikhlas. Ini cuma rambut pa, kesenangan dan kepuasan suamiku jauh lebih berharga dan utama." dia tetap tersenyum. Aku benar-benar beruntung memiliki istri yang sangat penurut dan pengertian.
"Baru juga sebahu gini pa. Belum panjang ah..." seperti biasa, ia menolak secara halus.
"Iya, tapi dipotong aja ma. Aku pengen rambut kamu kayak gini nih. Kamu pasti gemesin banget deh, lebih fresh juga ma" aku menunjukkan sebuah foto dari HP ku. Model rambut bowl cut sebatas telinga, dengan poni rata diatas alis. Aku membayangkan istriku memotong rambutnya dengan model itu, pasti terlihat menggemaskan dan seperti anak remaja lagi.
"Ih pendek banget pa. Itu belakangnya gundul gitu lagi. Jangan dong paaa" sayang sekali dia masih tetap menolak. Tapi aku yakin dia pasti mau menurutiku.
"Engga kok, kamu pasti cantik kalo potong kayak gitu! Kamu janjinya apa hayo? Kamu kan udah janji sama aku, kamu ngga akan manjangin rambutmu melebihi bahu. Terus kalo sampe melebihi bahu, sanksinya aku boleh minta kamu potong rambut yang ekstrim kan, gundul sekalipun?" aku mencoba mengingatkan dia akan perjanjian kita sejak dua tahun lalu.
Selama dua tahun ini dia memang selalu berambut pendek. Tapi ini baru kedua kalinya dia melanggar perjanjian yang kami buat. Tahun lalu rambutnya juga pernah melebihi bahu, lalu sebagai sanksinya aku memintanya potong laki di barbershop. Aku ingat sekali, sepulang dari barbershop, aku melihat wajahnya seperti ada yang kurang. Ternyata poni. Akhirnya aku memotong poninya rata diatas alis. Istriku cocok sekali berponi rata. Makanya kali ini aku pun berniat memintanya potong poni rata lagi.
"Iya sih pa, aku inget perjanjiannya." dia terdiam sejenak, "ya sudah, sesuai perjanjian, kamu boleh minta aku potong pendek dengan model apapun sesuai keinginanmu." akhirnya aku mendapat lampu hijau.
"Yaudah ayo sekarang kita ke salon ya ma" Aku langsung bertindak, sebelum dia berubah pikiran.
Kita langsung bersiap-siap, dan pergi ke salon. Sesampainya di salon, kebetulan salonnya lagi sepi. Tidak ada pelanggan lain selain kami. Mas-mas salonnya memang sudah hafal dengan kami. Bagaimana tidak, hampir sebulan sekali kami datang untuk memotong rambut istriku untuk menjaganya tidak melebihi bahu. Selagi rambut istriku dicuci, masnya bertanya padaku istriku mau potong rambut seperti apa. Aku kemudian menunjukkan foto yang tadi sudah kutunjukkan lebih dulu ke istriku.
"Oh, ini jadi di bagian belakang setengahnya botak ya mas. Berarti dalemnya ini juga harus botak, kalau engga nanti jelek numpuk tebel banget gitu rambutnya." Mas ini memang jago banget, dia menjelaskan apa yang akan dilakukan ke istriku untuk mendapatkan model rambut yang aku mau.
"Iya gak apa-apa mas. Dipotong seperti itu ya." Aku menjawab dengans santai.
"Yakin nih mas? Sisa rambutnya jadi sedikit banget loh? Tapi pasti keliatan segar sih mas" Mas kapster mulai menanyakan keyakinanku.
"Iya, yakin dong mas. Dia juga pasti pasrah mau dipotong seperti apa rambutnya, hehehe" tentu saja aku yakin. Aku sudah menantikan ini sejak lama.
Setelah rambut istriku dicuci, dia duduk dan dibalut kain penutup. Kemudian mas kapster memilah-milah rambut istriku dengan sisir, dan menjepitnya. Ia menyisakan rambut segaris dengan bagian atas telinga. Lalu mulai menyalakan clipper, menundukkan kepala istriku. Dan.... zzzzzz zzzzz.... zzz.... Terdengar suara clipper yang beradu dengan rambut. Mas kapster mulai menggunduli bagian belakang. Clipper berjalan keatas dari leher ke garis atas telinga. Sesekali aku mengelus bagu istriku dengan isyarat menguatkan dirinya, karena aku tau dia tidak suka dicukur dengan clipper. Meskipun ini bukan kali pertama rambutnya dicukur dengan clipper. Dulu aku juga pernah menyuruhnya cukur backshaved dimana bagian dalam rambutnya dicukur plontos.
Dalam sekejap mas kapster telah menyelesaikan bagian belakang yang gundul. Kemudian melanjutkannya dengan memotong sisa rambut istriku rata sepanjang pertengahan telinga. Aku sangat antusias menyaksikannya. Rambutnya yang lurus terlihat rapih dan rata dipertengahan telinga.
"Segini kurang pendek nggak mas?" ia bertanya padaku.
"Hmmm... sebenernya kurang sih mas. Saya tadinya pengen pendeknya tuh segini" aku menunjuk daun telinga bagian atas milik istriku.
"Oh yaudah bisa saya pendekin lagi kok mas kalau masih kurang" mas kapster kembali memilah rambut istriku.
"Pa udah dong segini aja, udah pendek banget ini. Ya? Please..." istriku memohon dengan tatapan lirih, aku jadi tidak tega.
"Yaudah deh mas nggak usah dipendekin lagi. Segitu saja cukup. Tapi bagian yang gundul tolong dikerok ya mas biar plontos licin gitu." sepertinya aku menuruti permintaan istriku dengan syarat dia mau dikerok bagian gundulnya hehehe.
"Oke siaaap!" Mas kapster mengiyakan.
Rambut istriku kembali dijepit keatas. Terlihat setengah kepalanya gundul di bagian belakang. Mas kapster mengoleskan krim cukur ke kepala istriku, dan mengeroknya perlahan. Aku memperhatikannya tanpa berkedip, karena khawatir kepala istriku terluka. Tapi masnya mengerok kepala istriku dengan baik dan cepat. Sebentar saja sudah terlihat plontos dan licin. Setelah ia membasuh sisa krim dengan handuk basah, ia mulai menyisir bagian depan rambut istriku. Sepertinya mas ini akan memotong poni.
"Poninya diratain seberapa nih?" ia memastikan dulu padaku sebelum mengeksekusi.
"Segini mas" Aku menunjuk dahi istriku.
Kresss... kress...kress... Jadilah poni rata diatas alis.
"Sudah" satu kata dari mas kapster ini mungkin terasa sangat berarti bagi istriku yang terlihat sedikit shock.
Setelah di hairdryer, aku membayar ke kasir. Kemudian kita pergi berlalu dari salon tersebut.
Sesampainya dirumah, aku memperhatikan rambut baru istriku. Imut sekali, aku semakin jatuh cinta jadinya. Aku mengelus bagian belakang kepalanya yang gundul, terasa kulit yang sangat halus dan licin.
"Ma, makasih ya udah nurutin aku. Kamu imut banget ma, aku suka banget" aku berterimakasih sambil terus mengelus kepalanya.
"Iya pa, sama-sama ya. Syukurlah kalau kamu suka pa" ia tersenyum menatapku.
"Kamu ikhlas kan ma aku paksa kamu sampe potong rambut se ekstrim ini?"
"Kok nanyanya begitu pa? Ya ikhlas laah. Nggak masalah, biarpun kamu gunduli seluruh kepalaku juga aku ikhlas. Ini cuma rambut pa, kesenangan dan kepuasan suamiku jauh lebih berharga dan utama." dia tetap tersenyum. Aku benar-benar beruntung memiliki istri yang sangat penurut dan pengertian.
Langganan:
Postingan (Atom)